RAIHLAH SURGAMU

Seorang Ibu, dengan berlinang air mata, duduk di atas kursi. Sementara sang putri yang sudah dirias dan mengenakan pakaian pengantin sebentar lagi akan beranjak ke tempat acara akad nikahnya, duduk bersimpuh di hadapannya dengan kepala di pangkuan ibunya.
Terkenang seorang bayi mungil yang pernah dilahirkannya 22 tahun silam. Lahir dari rahimnya dengan segala kelemahannya. Bersama suami ia membesarkan anak tersebut. Dibanjiri oleh rasa cinta, dihujani rasa kasih mereka, sang bayi tumbuh.

Seingatnya, dia tidak pernah dibentak dan dihardik. Apalagi lambaian tangan disertai pukulan. Anaknya tumbuh dengan rasa kasih, besar bersama rasa iba. Itulah pribadi anaknya sekarang.Ungkapan yang tepat untuknya “ gadis yang sholihah.”

Memori nuansa kemesraan seorang anak terhadap orang tuanya begitu dia rasakan. Ia tidak pernah membantah, apalagi melawan. Tutur katanya lembut menunjukkan kedewasaan. Sinar matanya membawa keteduhan, penuh kejujuran. Semakin memori diulang, semakin deras air mata yang keluar. Semakin keharuan memenuhi dadanya, kesyukuran yang dirasakan. Semua ini hanya atas kehedak Allah, hanya karuniaNya.
Namun hari ini, antara rasa bahagia dan ragu, haru dan syukur ia harus melepas putrinya. Untuk suaminya.

Menantunya???? Sepanjang yang ia dan suami ketahui, calon menantu itu baik dan sholeh. Informasi dari putrinya juga menegaskan demikian. Namun rasa sangsi dari seorang ibu, kekhawatiran yang timbul dari rasa sayang, belum bisa menerima. Memang secara prinsip ia menerima, keharusan untuk melepasnya menuju mahligai rumah tangga. Tapi kebaikan sang menantu???? Itu yang mengganggu pikirannya. Hanya hari-hari mendatang yang akan membuktikan. Akankah putrinya menjadi kuda piaraan atau sapi perahan di sana? Padahal ia telah jaganya jangan sampai fitrahnya tergores . Akankah ia menjadi pembantu di sana? Padahal ia berharap untuk menjadi istri yang sholihah dan ibu yang baik. Akankah ia hanya menjadi tempat pelampiasan hasrat birahi? Padahal yang ia inginkan putrinya bisa beribadah dan menikmati keindahan dunia. Apakah, apakah dan seribu apakah????? Hanya Allah yang Maha Tahu apa yang terjadi esok hari. Sebagai pelengkap tawakkal, dengan haru yang menggebu, beserta rasa sayang untuk kebaikan putrinya, pesan yang mengandung doa kepada Yang Maha Pemberi kebahagiaan, disampaikan berikut ini:


Putriku,
Engkau akan melangkah menuju kehidupan yang asing.
Kehidupan yang tidak ada tempat bagi Papa, Mama dan saudaramu. di sana, engkau akan menjadi teman setia baginya. Ia menghendakimu hanya menjadi miliknya seorang.
Termasuk dengan darah dan dagingmu sendiri.
Jadilah kamu istrinya.
Dan jadilah kamu ibu baginya.
Buatlah ia merasa engkau adalah segalanya.
Dunianya.
Ingatlah, bahwa laki-laki tak ubahnya bayi besar,
hanya dengan sedikit kelembutan ia bahagia.
Jangan kamu hantui perasaannya,
menikah denganmu berarti telah merampasmu dari keluargamu. Karena perasaan yang sama menimpanya juga.
Ia meninggalkan rumahnya dan orang tuanya yang ia cintai,
hanya untuk menyertaimu.
Yang membedakan hanyalah perbedaan seorang laki-laki dan perempuan.
Perempuan senantiasa merindukan keluarganya, ayah dan ibunya.
Rindu kepada rumah tempat ia dilahirkan, tumbuh dan besar.
Namun ia harus menyadari kehidupannya yang baru,
beradaptasi dengan laki-laki asing yang kini senantiasa mendampinginya.
Menjadi suami dan pelindungnya.
Ayah dari anak-anaknya.
Itulah duniamu sekarang nak.

Putriku,
Itu harimu dan masa depanmu, keluargamu, yang sekarang sedang engkau rintis bersamanya.
Kami??? Orangtuamu????
Jadikan mereka menjadi masa lalumu, yang sudah berbuat untukmu.
Sungguh aku tidak minta engkau melupakan kami,
karena kami tidak akan pernah melupakanmu selamanya.
Mustahil seorang ibu melupakan permata hatinya.
Yang kuminta,
cintailah suamimu sepenuh hati,
hiduplah dengannya, carilah kebahagiaan bersamanya.

Putriku,
Hari ini, aku sudah melaksanakan tugasku sebagai seorang Ibu. Dengan cucuran air mata, rasa cemas karena cinta, penuh harap kepada-Nya,
aku lepaskan kamu,
semoga kau raih ridhonya, karena ia jalan satu-satunya untuk meraih ridho-Nya.
Ia Surga dan Nerakamu,
aku hanya menghendakimu untuk meraih surgamu.

Sumber inspirasi: Risaalah Ila Al Aruussain
Islamabad, 9 April 2007